Ancam Mogok 28 Juli, Regulator Minta Manajemen dan Pilot Garuda Mediasi
Saturday, 23 July 2011 00:37
Pilot nasional Garuda Indonesia mengaku sudah tidak tahan terhadap kebijakan perbedaan gaji antara dengan pilot asing. Mereka mengancam melakukan mogok kerja bila tuntutan perubahan tidak ditanggapi positif oleh menajemen Garuda Indonesia.
"Perbedaannya hampir 100 persen," kata Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG), Capt. Stephanus, dalam keterangan pers di Hotel Nikko, Jl Thamrin, Jakarta, Jumat (22/7).
Menurutnya perbedaan gaji signifkan tersebut merupakan kesalahan fatal pihak menajemen Garuda Indonesia dan telah menyebabkan keresahan di kalangan pilot WNI. Sebab meski dibayar tinggi, namun kompetensi para pilot WNA tersebut tidak lebih baik dibanding pilot WNI.
"Kebijakan yang dilaksanakan saat ini sangat irrasional dan keliru karena tidak mengacu pada standar keselamatan penerbangan dan akan merugikan negara. Pilot asing yang di sini sebab di negaranya tidak laku. Saya yakin pilot nasional lebih baik," ujar Stephanus.
Terhadap situasi demikian, dikatakannya saat ini 800-an pilot Garuda Indonesia merasa resah terhadap keamanan penerbangan. Padahal prioritas standart penerbangan internasional mensyaratkan ketenangan awak pesawat dalam melaksanakan tugas.
Para pilot pun memberi deadline untuk manajemen agar segera mencabut kebijakan-kebijakan itu.
Jika dalam waktu satu minggu terhitung sejak 21 Juli tidak ada pencabutan kebijakan-kebijakan keliru, para pilot akan menggelar aksi mogok kerja pada 28 Juli mendatang.
"Kami para pilot Garuda Indonesia akan melakukan aksi mogok kerja mulai tanggal 28 Juli 2011 mulai pukul 00.00 WIB hingga 23.59 WIB. Kami minta maaf kepada seluruh penumpang atas ketidaknyamanan ini," tegas Stephanus.
Jumlah total pilot yang bekerja untuk maskapai Garuda Indonesia hampir 850 orang. Sebanyak 43 orang di antaranya adalah pilot berkewarganegaraan asing yang dikontrak Garuda Indonesia untuk menerbangkan pesawat Boeing 737-NG dan Airbus A300 yang dibeli secara bertahap mulai 2008.
"Mereka dikontrak untuk 1-2 tahun hingga selesaian pelatihan terhadap pilot WNI. Tapi kalau memang ada training, mengapa baru sekarang?" gugat Stephanus.
Keterangan pers disampaikannya bersama Ketua Majelis Pilot Garuda dan jajarannya yang berjumlah empat orang. Di balik lima orang pria berpakaian kerja khas pilot berupa kemeja putih lengkap dengan topinya itu, terbentang kain putih ukuran 2x4 meter yang penuh berisi tanda tangan para pilot Garuda. Di bagian atas kain terdapat tulisan yang berbunyi 'Kami Merasa Dinomerduakan di Negeri Sendiri'.
Tawarkan Duduk Bersama
Terkait dengan ancaman ini, manajemen Garuda menawarkan kepada para pilot untuk duduk bersama. "Selama ini sudah dilaksanakan pertemuan-pertemuan. Manajemen siap untuk duduk bersama kembali melakukan perundingan-perundingan dan memberikan alternatif-altermatif," kata Kepala Komunikasi Garuda Indonesia, Pujobroto, saat dihubungi detikcom, Jumat (22/7).
Menurut Pujo, sebetulnya suatu aksi industrial, termasuk mogok kerja, diatur dalam UU dan diperbolehkan. " Namun demikian, hal itu baru bisa dilakukan apabila proses perundingan hingga proses yang bersifat bipartit atau tripartit sudah dilakukan," kata Pujo.
Selama ini, lanjut Pujo, pertemuan bipartit dan tripartit belum dilakukan. Selama ini, pertemuan baru sebatas antara manajemen dan APG. "Karena itu, kami masih membuka kesempatan untuk kembali duduk bersama," ujar dia.
Pujo mengatakan, saat ini Garuda dalam tahap proses pengembangan. Demi Garuda lebih baik, Pujo menekankan pentingnya semua pihak di Garuda, termasuk pilot, untuk melangkah bersama-sama.
"Kami sudah melakukan rencana ke depan, agar Garuda bisa lebih baik dan kompetitif. Itu bisa dicapai berkat seluruh komponen /karyawan di Garuda. Bukan hanya tanggung jawab manajemen, tapi seluruh unsur," jelas dia.
Dia berharap mendekati bulan Puasa ini, semua pihak di Garuda bisa melayani para konsumen sebaik-baiknya. "Pada dasarnya, Garuda adalah perusahaan jasa. Terlebih lagi, layanan kita akan semakin diperlukan, karena beberapa hari lagi akan memasuki bulan puasa," kata Pujo.
Di bulan puasa hingga Lebaran nanti, kata Pujo, masyarakat akan lebih banyak melakukan bepergian. "Di bulan puasa, secara tradisi orang Indonesia akan melakukan bepergian. Dalam kaitan ini, seluruh unsur Garuda dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pelanggan," ujar dia.
Terkait keluhan APG mengenai adanya kesenjangan gaji antara pilot asing dengan pilot dalam negeri, Pujo menjelaskan bahwa kontrak pilot asing dilakukan hanya sementara. Pilot kontrak sejatinya terdiri dari pilot asing dan pilot lokal. Mereka dikontrak atas kebutuhan Garuda, karena bertambahnya armada baru.
"Mereka hanya dikontrak selama satu tahun untuk mengisi kekosongan pilot, karena saat ini sebagian pilot-pilot Garuda masih menjalani training. Jadi, kontrak ini hanya sebagai bridging," jelas Pujo.
Sumber: www.ilmuterbang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar